Revolusi Nyi Pohaci
Kita tak tahu pasti di mana kini Nyi Pohaci yang cantik jelita, pemurah, dan penuh kasih sayang akan bersemayam. Nyi Pohaci, Dewi Sri, dan simbol kesuburan lainnya tinggal mitologi, tergusur oleh Revolusi Hijau.
Nyi Pohaci jadi korban konspirasi para dewa. Ia tewas diracun karena kecantikannya yang mengalahkan para bidadari, dianggap mengguncang tatanan ”kelelakian” Kahyangan. Jasadnya yang berbau harum dilemparkan begitu saja ke bumi, tetapi dari pusaranya kemudian tumbuh pohon padi.
Saya teringat sajak Chairil Anwar yang ditulis pada bulan Oktober 1942 ketika neneknya meninggal dunia. Pada sajak berjudul ”Nisan” itu, Chairil menulis: //Bukan kematian benar menusuk kalbu/Keridlaanmu menerima segala tiba/Tak kutahu setinggi itu atas debu/Dan duka maha tuan bertakhta//. Chairil benar, bukan kematian benar yang jadi pertimbangan, tetapi kerelaan menerimanya mencerminkan kemuliaan atas kuasa Semesta.