logo Kompas.id
UtamaDendang Sunyi Gandang Dewata
Iklan

Dendang Sunyi Gandang Dewata

Dominggus (50) datang membawa botol berisi madu berwarna keruh kekuningan. Ia mengambilnya langsung dari sarang. ”Ini kalau dijual bisa laku Rp 50.000,” katanya. Lebah madu itu hanya sedikit dari berkah Gandang Dewata.

Oleh
Aris Prasetyo
· 1 menit baca

Dominggus (50) datang membawa botol berisi madu berwarna keruh kekuningan. Ia mengambilnya langsung dari sarang. ”Ini kalau dijual bisa laku Rp 50.000,” katanya. Lebah madu itu hanya sedikit dari berkah Gunung Gandang Dewata.

https://cdn-assetd.kompas.id/cDwKaYSjaox5QbzeiNrYVJkyrF4=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2FEkspedisi-Wallacea_84392259_1572193519.jpg
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Hutan lumut di Taman Nasional Gunung Gandang Dewata, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, Kamis (15/8/2019). Gandang Dewata merupakan laboratorium alam dengan ratusan flora dan fauna yang belum teridentifikasi. Kawasan ini juga menjadi tempat flora dan fauna endemik Sulawesi.

Sehari-hari, Dominggus bercocok tanam di kebun dan sawah. Seperti kebanyakan warga Desa Buntu Buda, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, pertanian dan perkebunan merupakan mata pencarian pokok mereka. ”Kalau ada tamu yang naik gunung, saya dan beberapa teman kerap menjadi pemandu sekaligus pembawa barang-barang selama pendakian,” ucap Dominggus.

Editor:
Bagikan