logo Kompas.id
Utama32 Tahun Lalu, Yuliana-Yuliani...
Iklan

32 Tahun Lalu, Yuliana-Yuliani Dipisahkan

”Dokter Padmo telaten sekali, bagaikan tentara yang dengan sabar merebut pertahanan musuh jengkal demi jengkal. Saya ragu apakah ahli Barat bisa melakukan hal yang sama,” ujar ketua tim, Prof Dr Iskandar Wahidiyat.

Oleh
JOHNNY TG
· 2 menit baca

Sekitar 32 tahun yang lalu, tepatnya hari Minggu, 30 Agustus 1987, bayi kembar siam dempet kepala (kraniopagus) di bagian ubun-ubun, Pristian Yuliana dan Pristian Yuliani, tiba di Jakarta. Bayi kembar asal Tanjung Pinang itu langsung dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) setibanya di Jakarta. Mereka berangkat dengan pesawat Fokker 27 Sempati jurusan Riau-Jakarta sekitar pukul 10.45 WIB dari Bandara Kijang, Tanjung Pinang.

Bayi kembar siam ini lahir dari pasangan Tularji (26) dan Hartini (22), 31 Juli 1987, di RS Umum Tanjung Pinang melalui operasi caesar. Tularji, yang bekerja sebagai buruh, pingsan begitu mengetahui kondisi bayinya terlahir dempet. Sementara istrinya sendiri baru diberi tahu 15 hari kemudian. Kondisi bayi ini membuat banyak orang bersimpati dan memberikan bantuan, seperti Sempati Air Lines, Bupati Kepulauan Riau Murwanto, pihak RS Umum Tanjung Pinang, dan pendengar RRI Tanjung Pinang (Kompas, Sabtu, 29/8/1987, hlm 12). Bahkan, seorang penumpang pesawat Sempati, Nyonya H Lis (57), pedagang dari Payakumbuh, memberikan uang Rp 5.000 kepada Hartini.

Saridin, anestesis RSU Tanjung Pinang, ikut mendampingi di pesawat sambil sesekali mengatur arah angin AC pesawat di bagian atas jok tempat boks bayi. Ambulans yang membawa bayi kembar siam itu tiba di RSCM sekitar pukul 15.00. Kedatangannya disambut oleh Direktur RSCM dr Hidayat, wakilnya dr Samino, dan beberapa anggota Tim Penanganan Bayi Kembar Siam RSCM (Kompas, Senin, 31/8/1987, hlm 1).

Editor:
Demitrius Wisnu Widiantoro
Bagikan