Antibodi Resesi Global

Di saat perekonomian domestik dalam tekanan melambat, kita butuh kebijakan fiskal yang kontra siklus (counter cyclical) sehingga pertumbuhan tetap robust dari terpaan gejolak eksternal.

KOMPAS/KARINA ISNA IRAWAN

Suasana diskusi bertema ”Indonesia Era Perang Dagang: Dampaknya terhadap Bisnis, Perdagangan Global, dan Investasi”, Kamis (31/1/2019), di Jakarta. Hadir sebagai panelis antara lain mantan Menteri Keuangan M Chatib Basri, Lead Advisor Kementerian Perdagangan Lili Yan In, dan Guru Besar Bidang Ekonomi di Lee Kuan Yew School of Public Policy Danny Quah.

Kita sering mendengar peribahasa ”hidup ini bagaikan roda pedati, kadang di atas kadang di bawah”. Istilah ini dalam ekonomi disebut siklus bisnis, yang menggambarkan pasang-surutnya atau turun-naiknya perekonomian dunia.

Hal ini wajar dan natural, ada saatnya perekonomian berada di puncaknya, kemudian menurun sampai pada titik terendahnya. Selanjutnya, kegiatan ekonomi mulai bangkit lagi pada waktu tertentu. Pertanyaan mendasar, berapa lama (tahun) siklus bisnis terjadi? Berapa lama resesi ekonomi dunia akan berulang kembali? Ada yang memperkirakan 8-10 tahun. Ini artinya kalau Amerika Serikat (AS) mengalami resesi ekonomi tahun 2008/2009, AS akan kembali resesi 2019 ini. Rasanya terlalu dini dan prematur mengatakan AS akan resesi tahun ini, angka matematis itu terlalu menggampangkan dan menyederhanakan masalah. Mungkin kata yang lebih pas adalah AS telah menunjukkan tanda-tanda awal menuju resesi dengan tren meningkat.