logo Kompas.id
UtamaBuruh Gendong, Wajah Sahaja di...
Iklan

Buruh Gendong, Wajah Sahaja di Tengah ”Cendol” Beringharjo

Saat peradaban modern menawarkan berbagai kemudahan dan kecanggihan, para perempuan perkasa ini masih mengandalkan tenaga demi penghidupan. Di usia yang kian senja mereka cawiskan sisa tenaga menjadi buruh gendong pasar.

Oleh
KORNELIS KEWA AMA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/wQ78LTdiOfNuRG3LZBkzepBQafI=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F6d3f3de1-6def-4992-b3eb-17059c20dfd9_jpg.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Yisah (57) memikul keranjang bambu berisikan mentimun, labu, dan sayur-sayuran dengan bobot sekitar 40 kilogram di Pasar Beringharjo dengan bantuan sehelai selendang yang dililitkan di punggung, menuruni anak tangga lantai dua menuju lantai satu. Kakinya tampak gemetaran setiap menuruni anak tangga.

Saat peradaban modern menawarkan berbagai kemudahan dan kecanggihan, para perempuan perkasa ini masih mengandalkan tenaga demi penghidupan. Di usia yang kian senja, mereka cawiskan sisa tenaga menjadi buruh gendong pasar. Kredo lama dipegang teguh, hidup adalah perjuangan.

Kaki Yisah (57) sedikit gemetar saat menuruni anak tangga Pasar Beringharjo sambil memikul keranjang bambu penuh berisi mentimun dan sayuran, Kamis (10/10/2019) siang. Sesekali mengusap peluh dengan jarik gendongan, dia menelusup di antara ribuan manusia yang berjubel layaknya cendol di pasar terpadat jantung Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan