logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊTangisan si Gadis Ceria
Iklan

Tangisan si Gadis Ceria

R (12) berlari menjauhi peristiwa pada Kamis (10/10/2019) pagi. Dia menangis setelah melihat kedua orangtuanya menyerang pejabat negara di depan matanya.

Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA/FAJAR RAMADHAN
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/TCTtc52EKyEjT8E0_P_zXpqAU-I=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F022defe4-c37b-4b89-b269-3b8683adcaff_jpg.jpg
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN

Situasi di depan pintu masuk rumah kontrakan pelaku penusukan Menko Polhukam Wiranto, Syahril Alamsyah (31), di RT 004 RW 001 Kampung Sawah, Desa Menes, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, sehari setelah peristiwa penusukan, Jumat (11/10/2019).

Kamis (10/10/2019) menjadi hari paling kelam bagi R. Gadis 12 tahun itu harus menyaksikan langsung aksi horor ketika kedua orangtuanya menusuk Menteri Politik, Hukum, dan Keamanan Jenderal (Purn) Wiranto di Alun-alun Menes, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten. Hari makin kelabu buat R karena sejak itulah dia terpisahkan dari kedua orangtuanya yang kini meringkuk di tahanan Mabes Polri.

Ketenangan pagi di Desa Purwaraja seketika pecah setelah sebuah helikopter terbang rendah. Gemuruh suara di udara yang tak biasa itu memantik rasa ingin tahu R. Seketika itu, tanpa didampingi orangtuanya, R bersama teman-teman sebayanya berlari dari rumah kontrakannya menuju lokasi helikopter yang akan mendarat.

Editor:
Andy Riza Hidayat
Bagikan