Menjadi Saksi “Pengkhianatan” Guus Hiddink
Pelatih asal Belanda Guss Hiddink, pada Piala Eropa 2008 memilih mengasuh tim Rusia. Mengapa ia tega "berkhianat"? Bagaimana ia mampu membawa "Beruang Merah" mengalahkan tim "Oranye" yang didukung para pemain bintang?
Bagi pencinta sepak bola dunia, nama Guus Hiddink tentu tak asing lagi. Di antara sejumlah kiprah pelatih asal Belanda itu, kisahnya saat melatih kesebelasan Rusia di Piala Eropa 2008, termasuk yang menarik. Maklum, ketika itu Hiddink harus memandu Rusia melawan tim negaranya, Belanda. Ketika itu, lantang ia mengatakan, “Saya siap dianggap sebagai pengkhianat Belanda”.
Dalam konferensi pers di Stadion St Jakob Park, kota Basel, Swiss, 20 Juni 2008, saya duduk di kursi deretan kedua. Mayoritas jurnalis waktu itu menanyakan bagaimana perasaan Hiddink, yang harus memimpin tim "Beruang Merah" melawan tim negaranya sendiri, Belanda. Jawaban Hiddink tetap sama. “Saya ingin menjadi pengkhianat terbesar Belanda tahun ini”.