logo Kompas.id
UtamaEkowisata Kelestarian Si...
Iklan

Ekowisata Kelestarian Si “Ngari” Cenderawasih

Sekarang, memotret Paradisaea atau burung cenderawasih tak lagi semudah 10 tahun lalu. Keberagaman si "ngari” atau si cantik, begitu masyarakat Papua menyebutnya, kini semakin sulit dijumpai akibat ulah manusia.

Oleh
Fajar ramadhan
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/yz9mybb8yX53foV2LGt6QO2KIx0=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2F20190419_BURUNG-ENDRAWASIH_A_web_1555677303.jpg
KOMPAS/FABIO M LOPES COSTA

Tampak beberapa ekor burung cenderawasih jenis burung cenderawasih jenis Paradiseae minor atau kuning kecil jantan yang bertengger di atas pucuk salah satu pohon setinggi 70 meter di hutan Kampung Sawendui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, pada 4 April 2019 lalu.

Sekarang, memotret Paradisaea atau burung cenderawasih tak lagi semudah 10 tahun lalu. Di beberapa lokasi, fotografer harus menyamar dan bersembunyi untuk menunggu kedatangan mereka. Keberagaman si "ngari” atau si cantik, begitu masyarakat Papua menyebutnya, kini semakin sulit dijumpai akibat ulah manusia.

Begitu ungkapan pengamat burung dan fotografer alam Ady Kristanto yang kini juga aktif sebagai peneliti di Flora Fauna Internasional (FFI). Dibutuhkan trik khusus untuk memotret cenderawasih agar mereka tak merasa terusik.

Editor:
Hendriyo Widi
Bagikan