logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊBukan Kusta yang Berbahaya,...
Iklan

Bukan Kusta yang Berbahaya, tetapi Ketidaktahuan

Ketidaktahuan warga dan terbatasnya layanan kesehatan membuat kusta yang sebenarnya tidak mudah menular menjadi terlambat diatasi.

Oleh
Ahmad Arif
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/PTKiRIfg7xPVTKxdvq9kqllqWSY=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2FFC3F1A21-74EC-4B06-96BB-8B3B09918FA4_1567950985.jpeg
KOMPAS/AHMAD ARIF

Peneliti Litbang Kesehatan Papua dibantu Dinas Kesehatan Asmat tengah mengambil sampel jaringan kulit di belakang telinga untuk identifikasi kusta di Kampung Jomnak, Distrik Joutu, Asmat, Kamis (15/8). Kampung-kampung di pedalaman Papua masih menjadi kantong kusta.

Awalnya, warga di Kampung Somnak dan Daikot, Distrik Joutu, di pedalaman Kabupaten Asmat, Papua, menganggap fenomena kulit mereka yang kebas, melepuh, nyeri persendian, hingga jemari tangan yang kaku, bahkan kelumpuhan, itu sebagai hal biasa. Apalagi, gejala ini dialami oleh banyak warga, termasuk anak-anak.

”Itu dulu kami kira penyakit kulit biasa saja. Tidak tahu sejak kapan, tetapi sudah lama orang-orang di kampung kami kena penyakit ini,” kata Kepala Kampung Somnak, Tadius Joutu (60).

Editor:
evyrachmawati
Bagikan