logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊPelajaran Mahal dari Anak...
Iklan

Pelajaran Mahal dari Anak Krakatau

Kajian terbaru menunjukkan, besarnya jumlah korban bencana tsunami dari Gunung Anak Krakatau disebabkan kita selama ini meremehkan ancaman tsunami dari gunung api.

Oleh
Ahmad Arif
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/hWtqsEl_HMxqbL3lqXVtvkOLfjM=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F01%2F20190119_FOTO-PILIHAN_G_web_1547892012.jpg
KOMPAS/AHMAD ARIF

Kawah Gunung Anak Krakatau kembali muncul di atas daratan, Minggu (13/1/2019). Ini menandai evolusi baru gunung ini setelah erupsi dan longsornya sebagian tubuhnya sehingga memicu tsunami pada 22 Desember 2018. Anak Krakatau memulai kembali siklus membangun tubuh gunungnya.

Hingga sebelum bencana melanda Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018), ancaman tsunami dari Gunung Anak Krakatau cenderung diremehkan karena volume gunungnya dianggap masih kecil. Namun, longsoran sebagian tubuh gunung ini ke laut dengan volume relatif kecil ternyata membangkitkan tsunami yang menghancurkan pesisir Selat Sunda.

Sebanyak 437 orang meninggal akibat bencana ini. Selain korban meninggal, tercatat 16 orang hilang, 14.059 orang luka-luka, dan 33.721 mengungsi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana juga mencatat, rumah rusak 2.752 unit, penginapan dan warung 92 unit, perahu dan kapal 510 unit, dan kendaraan 147 unit.

Editor:
evyrachmawati
Bagikan