Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan Jadi Tumpuan Persatuan
Hingga saat ini populisme agama terjadi karena politisasi identitas dan ketimpangan ekonomi yang terus dibingkai dalam sentimen tertentu di media sosial.
JAKARTA, KOMPAS – Perkembangan populisme agama rentan dimanfaatkan segelintir pihak untuk memecah belah masyarakat demi kepentingan politik elektoral. Peran organisasi kemasyarakatan keagamaan untuk memberikan pemahaman toleransi dan kematangan berdemokrasi dibutuhkan guna menjaga persatuan dan kesatuan.
Hal itu mengemuka dalam peluncuran dan diskusi Jurnal Maarif bertema “Populisme Islam dan Tantangan Demokrasi Indonesia Pascapilpres” di Jakarta, Rabu (4/9/2019). Dalam acara tersebut hadir Direktur Eksekutif Maarif Institute Abdul Rohim Ghazali dan Direktur Riset Maarif Institute sekaligus Pemimpin Redaksi Jurnal Maarif Moh Sofhan. Selain itu, hadir pula Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Malang Syamsul Maarif dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amin Mudzakkir.