logo Kompas.id
โ€บ
Utamaโ€บMigrasi Lidah
Iklan

Migrasi Lidah

Lidah telah mendorong manusia melakukan pengembaraan untuk menemukan rasa asin. Di dalam pengembaraan itu tak jarang muncul kisah-kisah epik ketika manusia bertahan melawan kekerasan alam.

Oleh
Putu Fajar Arcana
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/R9tzMLC2mKEzHejy98_-mB3Riu0=/1024x1024/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2F20190806iam-CAN-drawing_1565107548.jpg
Kompas

Putu Fajar Arcana, wartawan โ€Kompasโ€

Mariana Sorabut memetik beberapa daun idingga. Ia melihat gelagat napas saya mulai tersengal-sengal. Padahal, kami baru setengah perjalanan. Cuaca gerimis tak banyak menolong. Tetap saja udara terasa panas dan itulah pangkal soalnya, mengapa saya mudah kelelahan. Secepat kilat ia tempelkan daun sirih hutan itu di jidat, leher, dada, dan perut saya. Lalu ia minta saya menarik napas dalam-dalam. Eh, ada kesejukan yang tiba-tiba mengisi rongga dadaโ€ฆ.

Kami sepakat melanjutkan perjalanan menuju Iluagimo, sebuah sumber mata air yang terdapat di puncak Gunung Mili (2.100 meter di atas permukaan laut). Perjalanan beberapa tahun lalu di Lembah Baliem itu ditemani beberapa pemuka suku Dani, antara lain Markus Mabel, Elesina Mabel, Okama Mabel, Yina Mabel, dan Mariana Sorabut.

Editor:
Sri Rejeki
Bagikan