logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊCerita Jonggol Jangan Terulang...
Iklan

Cerita Jonggol Jangan Terulang di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara

Sampai pergantian presiden pun, Jonggol tidak dijadikan prioritas pembangunan untuk ibu kota negara. Perusahaan-perusahaan yang sudah masuk Jonggol satu persatu pergi, akhirnya banyak lahan tidur atau tidak tergarap

Oleh
AGUIDO ADRI / WISNU WARDHANA / NIKOLAUS HARBOWO / AYU PRATIWI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Zn-32TWm7NQt3ZSTuQF9OOK3PJM=/1024x575/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2F78c73a32-be50-4262-9962-762ed3332c5c_jpg.jpg
KOMPAS/RIZA FATHONI

Tanah warga dijual di pinggir jalan Jalan Raya Samboja-Muara Jawa kawasan Desa Handil Baru, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, Selasa (27/8/2019). Sejumlah lahan sudah dijual sebulan terakhir menyusul wacana pemindahan ibukota ke Kalimantan Timur. Samboja dan Muara Jawa merupakan dua kecamatan pesisir yang berdekatan dengan perbatasan antara Kabupaten Kutai Kertenagara dan Penajam Paser Utara sebagai lokasi ibukota baru yang ditunjuk oleh Presiden RI Joko Widodo.

Beben Suhendar masih berumur 32 ketika Presiden Soeharto mewacanakan pemindahan ibu kota negara ke Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 1993-1994.

Ketika wacana itu muncul, kata Beben, investasi pembangunan langsung bergerak membebaskan lahan 10 desa di Kecamatan Jonggol oleh Group Sentul. Tidak hanya itu, perusahaan lain pun bersiap membangun calon ibu kota baru. Sampai tahun 1997, Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1997 keluar untuk membuat Kecamatan Jonggol menjadi kawasan mandiri.

Editor:
hamzirwan
Bagikan