logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊMengakhiri Sengatan Cabai
Iklan

Mengakhiri Sengatan Cabai

Ketimpangan produksi antarwaktu menjadi faktor pemicu fluktuasi harga. Padahal, secara akumulatif, data produksi tahunan semestinya cukup dan bahkan surplus.

Oleh
MUKHAMAD KURNIAWAN
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/z3V5M3SBYdh1Z_HrXRKsNthQN3A=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2F844400c0-c29a-4afa-ad26-988a8f982954_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)

Pedagang memilah cabai rawit sembari menunggu pembeli di Pasar PSPT, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (7/8/2019). Harga cabai rawit merah di pasar tersebut mencapai Rp 85.000 per kilogram. Kondisi tersebut terjadi karena berkurangnya pasokan cabai rawit dari daerah penghasil.

Jika Anda pergi ke pasar tradisional hari-hari ini, lalu berdiri di belakang pedagang cabai beberapa menit saja, barangkali akan mendapati wajah kecut atau komentar sinis pembeli. Harga cabai tengah mencapai titik tertinggi. Jauh di atas ekpektasi pembeli. Maka, tak jarang cabai dijual biji per biji, sering tanpa ditimbang.

Pada Senin (19/8/2019), harga rata-rata cabai merah besar secara nasional, menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, mencapai Rp 60.000 per kilogram (kg), sementara rata-rata harga cabai rawit Rp 66.750 per kg.

Editor:
Bagikan