logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊNyaring Kisah Karinding dari...
Iklan

Nyaring Kisah Karinding dari Iman Rahman

Pertama kali melihat karinding pada 2003, Iman Rahman Anggawira Kusumah (41) tak punya kesan berarti. Lima tahun berselang, dibayangi rasa penasaran tentang kisah punah karinding, dia perlahan membangun cinta pada alat musik khas Sunda itu. Lewat musik dan buku, ia menjaga suara dan kisah karinding terdengar nyaring.

Oleh
Tatang Mulyana Sinaga
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/lfFOehwkudBxf3j1ZuZIVHmggbs=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2F20190808TAM01_web_1565529871.jpg
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA

Iman Rahman Anggawira Kusumah (Kimung)Untuk sosok

Pertama kali melihat karinding tahun 2003, Iman Rahman Anggawira Kusumah (41) tak punya kesan berarti. Lima tahun berselang, dibayangi rasa penasaran tentang kisah punah karinding, dia perlahan membangun cinta pada alat musik khas Sunda itu.

Lewat musik dan buku, ia menjaga suara dan cerita karinding agar selalu terdengar nyaring. Ingatannya kembali pada kenangan belasan tahun lalu ketika masih menjadi guru sekolah dasar di Kota Bandung. Saat itu, Iman tengah mendampingi siswa-siswanya studi lapangan di Taman Kupu-kupu, Bogor, Jawa Barat. Di taman itu, dia melihat seseorang memainkan karinding.

Editor:
Cornelius Helmy Herlambang
Bagikan