logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊGerabah-gerabah Fatma
Iklan

Gerabah-gerabah Fatma

Menjelang sore di Wadu Wani, Woha, Bima, Nusa Tenggara Barat, beberapa ibu sedang asyik memerciki segumpal tanah liat dengan air. Setelah itu, tanah liat diuleni hingga menjadi lemas seperti adonan kue donat. Setelah lemas, tanah liat itu dibentuk menjadi wajan besar.

Oleh
Joice Tauris Santi
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/nJIg3cw0gGoPJaYGOOkxdRGJmCw=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2Fgerabah-hasil-kelompok-Fatma-sebelum-dibakar_1565250208.jpg
KOMPAS/ JOICE TAURIS SANTI

Gerabah sebelum dibakar, produksi Fatma dan ibu-ibu dari kelompok usahanya.

Menjelang sore di Wadu Wani, Woha, Bima, Nusa Tenggara Barat, beberapa ibu sedang asyik memerciki segumpal tanah liat dengan air. Setelah itu, tanah liat diuleni hingga menjadi lemas seperti adonan kue donat. Setelah lemas, tanah liat itu dibentuk menjadi wajan besar.

”Setiap hari seusai pekerjaan di rumah beres, mereka ke sini. Kami bersama-sama membuat gerabah,” ujar salah seorang ibu, Fatma (44).

Editor:
Bagikan