logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊTinggi Muka Air Gambut...
Iklan

Tinggi Muka Air Gambut Menurun, Kebakaran Sulit Dikendalikan

Kemarau kering menyebabkan tinggi muka air di dalam gambut menurun hingga di bawah 80 cm. Kebakaran pun sulit dikendalikan. Warga diduga sengaja membakar agar tanah diakui, terutama setelah harga tanah meningkat akibat wacana pemindahan ibu kota.

Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/cm4slcdx4iTzZop3D0dkMcCnbQA=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F07%2F20190704_ENGLISH-KEKERINGAN_A_web_1562249647.jpg
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Petugas dari Regu Manggala Agni Daerah Operasional 2 Kapuas mengejar titik api tersisa di Desa Taruna dan Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Kamis (4/7/2019). Dibutuhkan waktu empat hari untuk memadamkan dan mengendalikan api di wilayah seluas 10 hektar tersebut.

PALANGKARAYA, KOMPAS β€” Kemarau kering yang melanda Kalimantan membuat tinggi muka air di dalam gambut menurun hingga di bawah 80 sentimeter. Hal itu menyebabkan kebakaran di lahan gambut sulit dikendalikan. Di Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, lahan gambut dengan luas lebih kurang 50 hektar terbakar selama dua minggu.

Kawasan Tumbang Nusa merupakan wilayah rawa gambut. Sebelum kemarau datang, wilayah ini selalu dibanjiri air dan menjadi rawa terutama di  sepanjang jalan Tjilik Riwut di Kabupaten Pulang Pisau. Namun, saat musim kemarau datang, wilayah itu menjadi sangat kering. Bahkan, beberapa tanaman tampak menguning sebelum terbakar.

Editor:
aufrida wismi
Bagikan