logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊOkupansi Hotel di Lombok...
Iklan

Okupansi Hotel di Lombok Terpukul Dua Kali

Tingginya harga tiket pesawat berdampak signifikan bagi industri pariwisata di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat. Hal itu dinilai sangat mengganggu, apalagi industri pariwisata di daerah tersebut, khususnya Lombok masih berupaya setelah lesu pascagempa 2018. Semua bidang terkait mulai dari akomodasi, penyedia jasa perjalanan dan wisata, hingga usaha mikro kecil dan menengah ikut terimbas.

Oleh
KHAERUL ANWAR/ISMAIL ZAKARIA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/LqmuCSdEC1tKcN_FvgEDMK1HGVQ=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2F20190607ZAK8_1559901864.jpg
Kompas

Warga mengisi liburan Lebaran Idul Fitri 1440 Hijriyah dengan mengunjungi kawasan Pantai Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Jumat (7/6/2019). Meski masih jauh dari normal, kunjungan libur lebaran itu menggairahkan kegiatan pariwisata setelah lesu pascagempa bumi yang mengguncang Lombok pada 2018.

MATARAM, KOMPAS – Tingginya harga tiket pesawat berdampak signifikan pada industri pariwisata di Nusa Tenggara Barat. Itu menjadi pukulan kedua industri pariwisata, khususnya bagi Lombok yang masih lesu pascagempa 2018. Semua sektor mulai akomodasi, penyedia jasa perjalanan dan wisata, hingga usaha mikro kecil dan menengah turut terimbas.

Pelaksana Tugas Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) NTB, Gusti Lanang Patra di Mataram, Senin (17/6/2019) mengatakan, sejak harga tiket penerbangan melambung ditambah kebijakan bagasi berbayar, tingkat hunian hotel di Mataram menurun.  Okupansi hotel hanya 20-30 persen dari total kamar.

Editor:
Bagikan