logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊSetelah Jokowi dan Prabowo...
Iklan

Setelah Jokowi dan Prabowo Rebutan Warna Putih

Warna putih diperebutkan sebagai simbol politik sebelum pemungutan suara Rabu (17/4/2019) lalu. Kedua pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden sama-sama ingin mengkapitalisasi warna ini sebagai sebuah gerakan politik. Teknisnya adalah "memutihkan" tempat pemungutan suara atau TPS. Ternyata kapitalisasi ini tidak berjalan efektif, tak ada kelompok yang dominan datang memutihkan TPS.

Oleh
Andy Riza Hidayat
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Gl4KuLgLTeYLGrs1vpvcK7VEd9w=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F04%2F20190413kum1_1555155212-e1555155273724-7.jpg
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Suasana kampanye hari terakhir pasangan calon presiden-wakil presiden 01 Joko Widodo-Ma\'ruf Amin di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (13/4/2019). Kampanye bertajuk "Rapat Umum Rakyat Konser Putih Bersatu" tersebut dihadiri massa yang memenuhi Stadion GBK dan kawasan di sekitarnya.

Warna putih diperebutkan sebagai simbol politik sebelum pemungutan suara Pemilu 2019 pada Rabu (17/4/2019) lalu. Pendukung kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden sama-sama ingin mengkapitalisasi warna ini sebagai sebuah gerakan politik. Teknisnya adalah "memutihkan" tempat pemungutan suara atau TPS. Ternyata kapitalisasi ini tidak berjalan efektif, tak ada kelompok yang dominan datang memutihkan TPS.

Kedua pihak, dalam jumlah yang beragam sama-sama datang dengan baju putih. Sementara sebagian besar pemilih tidak mengenakan baju putih sebagaimana seruan sebelum pencoblosan. Hanya sebagian kecil pemilih yang mengenakan atribut putih seperti yang diamati penulis di Kota Depok, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Sakralisasi simbol putih ke TPS pun bisa dikatakan tidak sesuai harapan.

Editor:
hamzirwan
Bagikan