logo Kompas.id
›
Utama›Ekstraksi Sumber Daya Alam...
Iklan

Ekstraksi Sumber Daya Alam Mengkhawatirkan

Oleh
Ahmad Arif
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/MRQ5jzed8X75HUOPCXBtAnpU6JE=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F03%2F139F0D15-8F4F-433F-91A7-C5A2BB2CD6B5_1552306947.jpeg
KOMPAS/AHMAD ARIF

Suasana pembukaan Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan (United Nations Environment Assembly/UNEA) yang ke-4 di Nairobi, Senin (11/3). Pertemuan ini akan berlangsung hingga Jumat (15/3). Kompas/Ahmad Arif

NAIROBI, KOMPAS—Ekstraksi sumber daya alam yang meningkat pesat telah menyumbang 50 persen gas rumah kaca dan menyebabkan hilangnya 90 persen keragaman hayati dan cadangan air tanah. Karena itu, butuh perubahan kebijakan dan perilaku bisnis, selain juga upaya di tingkat individu, untuk mencegah kehancuran.

Laporan terbaru Global Resources Outlook 2019 yang diluncurkan di sela-sela Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan (United Nations Environment Assembly/UNEA) Ke-4 di Nairobi, Kenya, Selasa (12/3/2019),  menunjukkan, ekstraksi sumber daya alam, seperti bahan tambang, telah meningkat tiga kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Pada tahun 1970-an, ekstraksi yang dilakukan sebesar 27 miliar ton dan menjadi 92 miliar ton pada 2017). Melihat trennya, kondisi ini diperkirakan berlipat ganda lagi pada 2060.

Editor:
evyrachmawati
Bagikan