ENERGI TERBARUKAN
Sekarang Saatnya Menjatuhkan Pilihan
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2F20190218_ENGLISH-ANALISIN-EKONOMI-ENNY-SRI-HARTATI_B_web_1550501891.jpg)
Kincir-kincir angin berjajar milik Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo-1 di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (2/2/2019). PLTB berkapasitas 72 MW ini menjadi PLTB terbesar kedua di Indonesia setelah PLTB Sidrap yang berkapasitas 75 MW. Ada 20 kincir angin yang terpasang di PLTB ini. Beroperasinya PLTB ini akan memperkuat pasokan listrik di Sulawesi Selatan. Pemerintah akan terus mendorong investasi sumber energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi alam Indonesia.KOMPAS/IWAN SETIYAWAN (SET)02-02-2019
Studi Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Monash University, Australia, menemukan, penetrasi pembangkit listrik dari energi terbarukan tidak akan mengganggu keandalan pasokan listrik di sistem Jawa-Bali. Selama ini, sumber energi terbarukan dari bayu atau surya dikenal tak stabil pasokan listriknya. Dengan alasan itu pula penetrasi energi terbarukan masih lambat dan pembangkit listrik berbahan bakar batubara lebih diandalkan.
Kajian itu menyebutkan, peran energi terbarukan bisa dilipatgandakan menjadi 43 persen dalam bauran energi nasional di 2025 atau hampir dua kali lipat dari rencana yang dipatok pemerintah, yakni 23 persen. Pertimbangannya, potensi tenaga surya, bayu, hidro, panas bumi, atau biomassa yang melimpah di Indonesia. Kombinasi energi terbarukan diperkirakan menghemat biaya sampai 10 miliar dollar AS dalam 10 tahun ke depan.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 13 dengan judul "Sekarang Saatnya Menjatuhkan Pilihan".
Baca Epaper Kompas