Analisis ekonomi
Masih Ada Ruang
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F01%2Fkompas_tark_28038011_52_1.jpeg)
A. Tony Prasetiantono
Tidak satu pun di antara kita yang tidak menyadari, bahwa perekonomian 2019 masih akan tetap sulit. Jalan masih terjal. Ibarat lorong gelap, banyak hal yang tetap belum ketahuan ujungnya. Perekonomian global masih dicekam ketidakpastian. Perang dagang AS-China belum reda; suku bunga AS masih berpotensi naik; harga minyak dunia belum stabil. Namun, apakah semua ini akan berujung pada pesimisme perekonomian Indonesia? Saya rasa tidak. Masih ada ruang bagi kita untuk bergerak.
Dari sisi global, yang paling esensial adalah mulai berakhirnya “tanjakan” membaiknya perekonomian Amerika Serikat. Tatkala perekonomian AS meroket, maka negara-negara lain pun menderita. Penderitaan itu berupa arus modal balik ke AS, sehingga seluruh dunia mengalami: (1) kekeringan likuiditas; (2) suku bunga terpaksa dinaikkan; dan (3) kurs mata uang hampir seluruh dunia melemah terhadap dollar AS. Rupiah pun mengalami tiga persoalan ini sepanjang 2018. Seluruh dunia praktis berkorban, nelangsa, demi perekonomian AS yang membaik. Ini tidak adil.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Masih Ada Ruang".
Baca Epaper Kompas