Dunia Kotor Para “Influencer”
Perkembangan media sosial diikuti oleh korporasi sebagai peluang untuk membuat kanal pemasaran lebih banyak. Mereka menggunakan media sosial untuk alat promosi. Pada saat bersamaan mereka juga menggunakan beberapa orang berpengaruh sebagai “influencer” untuk mengenalkan produk-produk mereka dan juga untuk promosi perusahaan. Seiring berjalannya waktu bisnis “influencer” makin membesar namun pada saat bersamaan makin banyak ditemukan tindakan-tindakan kotor demi mendapatkan uang semata.
Beberapa orang di Indonesia membuat unggahan-unggahan agar ia ditarik sebagai “influencer”. Ia seolah-olah menjadi bagian dari orang yang dipesan oleh perusahaan tertentu sebagai “influencer” padahal ia hanya membuat unggahan biasa saja dengan menggunakan produk tertentu, membuat pujian terhadap produk, dan menyebut akun media sosial perusahaan itu. Upaya memancing perusahaan itu mulai berkembang belakangan ketika perusahaan tak lagi hanya menengok artis sebagai “influencer” namun juga kalangan biasa yang dipandang bisa menjadi “influencer”.