Iklan
Jurnalisme Rasa "Kompas" Melintasi Zaman
Perubahan rezim politik dari otoriter ke demokrasi ternyata tidak serta-merta mengubah kultur jurnalistik harian Kompas. Cara Kompas memberitakan masih tetap khas, yaitu cenderung sopan, hati-hati, halus, terutama ketika berhadapan dengan kekuasaan.
Argumen ini disimpulkan Wijayanto atau Wija, peneliti media sekaligus dosen FISIP Universitas Diponegoro Semarang. Sebelum menjalani ujian terbuka bulan depan, mahasiswa program doktoral Universitas Leiden, Belanda ini menyempatkan diri mampir dan berdiskusi di Kedai Buku Cak Tarno atau Cak Tarno Institute di kompleks Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (15/12/2018).