logo Kompas.id
UtamaJurnalisme Rasa "Kompas"...
Iklan

Jurnalisme Rasa "Kompas" Melintasi Zaman

Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/JNpnpY2SOaBDMIAgD3u_lc_apTI=/1024x1365/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F12%2F20181215abk3_1544943511.jpg
KOMPAS/ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Buku disertasi Wijayanto, mahasiswa S3 Universitas Leiden, Belanda berjudul “Between Fear and Power: Kompas, Indonesia’s Most Influential Daily Newspaper 1965-2015”. Berangkat dari buku ini digelar diskusi yang mengangkat tema “Biografi Kompas: Sejarah Hubungan Harian Kompas dan Kekuasaan, 1965-2015” di Kedai Buku Cak Tarno atau Cak Tarno Institute di kompleks Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (15/12/2018)

Perubahan rezim politik dari otoriter ke demokrasi ternyata tidak serta-merta mengubah kultur jurnalistik harian Kompas. Cara Kompas memberitakan masih tetap khas, yaitu cenderung sopan, hati-hati, halus, terutama ketika berhadapan dengan kekuasaan.

Argumen ini disimpulkan Wijayanto atau Wija, peneliti media  sekaligus dosen FISIP Universitas Diponegoro Semarang. Sebelum menjalani ujian terbuka bulan depan, mahasiswa program doktoral Universitas Leiden, Belanda  ini menyempatkan diri mampir dan berdiskusi di Kedai Buku Cak Tarno atau Cak Tarno Institute di kompleks Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (15/12/2018).

Editor:
Bagikan