logo Kompas.id
UtamaMenggali Inklusi dari Nama...
Iklan

Menggali Inklusi dari Nama Indonesia

Oleh
Riana A Ibrahim dan Antony Lee
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/xUGFk5alLf20MZPiSAX0I2nAfsA=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F06%2F450650_getattachmentbe78ef63-c101-425e-ae1c-01ac3733930a442035.jpg
KOMPAS/PRIYOMBODO

Patung pahlawan nasional Mohammad Hoesni Thamrin berdiri kokoh di halaman museum M.H. Thamrin di kawasan Kenari, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (28/6/2017). M.H. Thamrin adalah seorang putra Betawi yang dinobatkan sebagai pahlawan Nasional atas jasa-jasanya. Sementara bangunan museum yang terletak di jalan Kenari II No. 15 itu dulunya adalah gedung Pemufakatan Indonesia yang digunakan untuk musyawarah menuju kemerdekaan Republik Indonesia, juga mempunyai peranan penting terhadap lahirnya lagu kebangsaan Indonesia yang konsepnya di buat oleh W.R Supratman di gedung tersebut.

Para pemuda pada awal abad ke-20 memilih kata Indonesia untuk mengonstruksi sebuah identitas baru yang membawa semangat pembebasan. Lewat nama Indonesia juga dibangun gagasan atas sebuah bangsa yang inklusif, tidak ada satu komponen masyarakat yang menjadi ”tuan rumah”, lalu meninggalkan komponen lain sebagai ”penumpang” dalam kehidupan berbangsa.

Perhimpunan Indonesia, organisasi pemuda Indonesia yang bersekolah di Belanda yang awalnya bernama Indische Vereeniging, menggunakan kata Indonesia dalam arti politik untuk pertama kali pada 1922. Kata Indonesia pun berkembang pemaknaannya sehingga menjadi tonggak pergerakan para pemuda untuk meraih kemerdekaan sebagai sebuah bangsa.

Editor:
Bagikan