logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊBekasi, Bangkit dari...
Iklan

Bekasi, Bangkit dari Reruntuhan Puing Perang

Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/bu3E3CT2xU6kfa-_WXVL1QMvh3Q=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F09%2FIMG_20180625_083029-1-1.jpg
KOMPAS/KURNIA YUNITA RAHAYU

Alun-alun Kota Bekasi, Senin (25/6/2018). Di alun-alun ini, pada tahun 1950, sekitar 25.000 warga Bekasi menolak bergabung dengan Distrik Federal Jakarta bagian dari Republik Indonesia Serikat. Bekasi kala itu meyakini wilayahnya hanya bagian dari satu republik, Republik Indonesia.

Bekasi, 17 Januari 1950. Sebanyak 25.000 warga berbondong-bondong mendatangi Alun-alun Bekasi. Di bawah pimpinan Komandan Batalion I Sudarsono/Kompi Siliwangi Karawang-Bekasi Kolonel Lukas Kustaryo dan KH Noer Ali, mereka berunjuk rasa, menuntut untuk keluar dari Distrik Federal Jakarta dan mengubah nama Kabupaten Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi. Warga tak mau menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Bagi mereka, federalisme tak ubahnya muslihat Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.

Jurnalis dan pemerhati sejarah Bekasi, Ali Anwar, di Jakarta, Minggu (16/9/2018), mengatakan, apel akbar yang dilakukan warga Bekasi merupakan bagian dari strategi militer. Mereka tak percaya terhadap hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia sebagai bagian dari Republik Indonesia Serikat.

Editor:
Bagikan