logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊKisah di Balik Sarung Tenun...
Iklan

Kisah di Balik Sarung Tenun Gresik yang Masih Bertahan hingga Kini

Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/kl6MQjeaLZe8_8pwaSPP6btScrE=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F09%2F20180914acid.jpg
KOMPAS/ADI SUCIPTO K

Nur Saadah, warga Wedani, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Jumat (14/9/2018) sedang membuat sarung tenun. Pelaku usaha kecil menengah sarung tenun di desa tersebut terdampak nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Hingga tahun 2014, sedikitnya masih ada 75 perajin sarung tenun di Desa Wedani, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Tetapi, satu per satu perajin memilih menutup usaha. Saat ini, perajin yang mencoba bertahan hanya sekitar 37 perajin, atau berkurang hampir 50 persen. Mahalnya bahan baku terutama benang sutera yang masih impor, bahan pewarna, dan lesunya pasar membuat sebagian perajin beralih menekuni pekerjaan lainnya.

Ada perajin yang bertahan, menyiasati kondisi tersebut dengan hanya berproduksi saat ramai pesanan, seperti menjelang puasa Ramadhan hingga musim haji. Ada pula yang menyiasati dengan cara memadukan bahan baku sutra dan kain setara katun untuk menekan biaya produksi.

Editor:
Bagikan