logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊRekaman Gerhana dalam Prasasti...
Iklan

Rekaman Gerhana dalam Prasasti dan Candi Nusantara

Oleh
M Zaid Wahyudi
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Q1tkxf4-d7vPBYGp_hF_KoxAlao=/1024x434/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F07%2Fkompas_tark_22174223_51_3-e1532150756586-2.jpeg
KOMPAS/NAWA TUNGGAL

Sebuah prasasti ada di petirtaan Candi Belahan, yang juga disebut sebagai Sumber Tetek di Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (2/3/2016). Ditafsirkan prasasti tersebut memuat sengkalan memet untuk mendokumentasikan peristiwa gerhana bulan pada 7 Oktober 1009 di Jawa, sekaligus mencantumkan adanya pengetahuan tentang gerhana matahari melalui relief sosok Batara Kala yang hendak menelan bulan, serta sosok Dewa Surya dan Dewi Candra.

Sejak peradaban manusia berkembang, gerhana Bulan dan Matahari selalu menjadi sumber kekaguman. Rasa takjub itulah yang mendorong pencatatan gerhana dalam berbagai bentuk. Tak hanya menjadi memori sejarah, catatan-catatan itu juga menggambarkan perkembangan pengetahuan dan cara pikir manusia.

Catatan tertua tentang gerhana yang ditemukan di Indonesia tertuang dalam Prasasti Sucen. Prasasti yang ditemukan di Desa Sucen, Kecamatan Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah, itu kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Piagam yang merekam gerhana Bulan 19 Maret 843 itu dipahatkan pada bagian dalam payung perak berdiameter 30,8 sentimeter.

Editor:
Bagikan