logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊMengantisipasi Longsor dengan ...
Iklan

Mengantisipasi Longsor dengan Sipendil

Oleh
Haris Firdaus
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Qk3VqDXXzkC3DdCPUwTzGKtApfg=/1024x682/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F06%2F20180602HRS-Sipendil.jpg
KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Nugroho Christanto (kiri), dan alumnus Fakultas Geografi UGM, Sulkhan Nurrohman, menguji coba alat peringatan dini tanah longsor buatan mereka, Kamis (31/5/2018), di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat peringatan dini longsor berbasis curah hujan itu dinamai Sipendil.

Tanah longsor menjadi bencana alam paling mematikan di Indonesia, dan 90 persen dipicu oleh hujan. Sistem peringatan dini longsor atau Sipendil temuan tim peneliti UGM menggunakan curah hujan sebagai indikator untuk mengirimkan peringatan dini tanah longsor.

Sepanjang tahun 2017, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana tanah longsor menyebabkan 156 orang tewas, 168 orang luka-luka, dan 52.930 orang mengungsi. Jumlah korban akibat longsor itu lebih banyak daripada korban akibat bencana alam jenis lain, misalnya banjir, kebakaran hutan, dan letusan gunung api.

Editor:
Bagikan