logo Kompas.id
UtamaKompetisi Seni sebagai...
Iklan

Kompetisi Seni sebagai "Kendaraan"

Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Fj40iWGebfvloLD838u6vODMZlE=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F05%2FBBJ-EDIT.jpg
KOMPAS/ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Kurator Bentara Budaya Ipong Purnama Sidhi (paling kiri) dan pelukis Hanafi (paling) kanan tampil dalam diskusi seni "Peran Kompetisi Seni dan Lahirnya Para Jawara Seni Rupa" di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (24/5/2018). Acara dipandu moderator Bambang Asrini Widjanarko.

Peraih 10 besar Philip Morris Indonesia Art Awards 1997 Hanafi berkata,  seniman mempunyai kecenderungan jatuh di area medan praktis.

JAKARTA, KOMPAS —-Menurut Hanafi, pragmatisme itu muncul antara lain ketika para seniman memaknai ajang  kompetisi seni semata-mata sebagai sebuah tujuan saja. Tak dimungkiri, sejak  era 1990an, kompetisi seni benar-benar menjadi magnet yang menghisap anak-anak muda untuk menampilkan daya kreativitasnya,  baik dari sisi teknik maupun pemikiran.

Editor:
Bagikan