Pencemaran
Per Bulan, 20 Kilogram Merkuri Cemari Sungai Waipamali
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F08%2F466350_getattachment8a945caa-ad15-4c59-bf95-83727bb98bfe457734.jpg)
Petambang mengeruk limbah material tambang batu sinabar untuk diolah kembali di lokasi tambang Gunung Tembaga, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, Selasa (29/8). Hasil tambang batu sinabar dari lokasi itu menjadi bahan dasar pengolahan merkuri yang nantinya digunakan untuk pengolahan emas.
MAKASSAR, KOMPAS โ Pengolahan emas hasil tambang liar menggunakan merkuri dan sianida di Pulau Buru, Maluku, menjadi penyebab utama pencemaran Teluk Kayeli. Temuan tim peneliti dari Universitas Pattimura, Agustus lalu di Gunung Nona, dalam satu bulan diperkirakan sebanyak 20 kilogram merkuri mencemari Sungai Waipamali yang bermuara di Teluk Kayeli.
Padahal, penggunaan merkuri untuk penambangan di Gunung Nona diperkirakan lebih sedikit daripada di Gunung Botak dan Gogorea. Di Gunung Nona diperkirakan ada sekitar 4.000 petambang emas liar. Adapun petambang emas liar di Gunung Botak diperkirakan yang terbanyak. Sekitar 20.000 petambang pernah beraktivitas di areal seluas lebih kurang 500 hektar itu.