logo Kompas.id
›
Utama›Benang Mahal Berperan Hambat...
Iklan

Benang Mahal Berperan Hambat Minat Pelestarian Songket

Oleh
Ayu Sulistyowati
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/j6F0BmWGhx8JoilGbJ0vWSedrV0=/1024x597/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/http%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F04%2FWhatsApp-Image-2017-04-28-at-16.23.28.jpeg
Kompas/Ayu Sulistyowati

Budayawan AA Ngurah Mayun Konta Tenaya (kanan) memperlihatkan dan menjelaskan bagaimana rumitnya perajin menenun songket khas Bali dalam diskusi panel "Membangun (Lagi) Kejayaan Songket Bali" di Kantor Perwakilan Kompas Bali, di Denpasar (27/4). Diskusi yang merupakan hasil kerja sama dengan kantor perwakilan Bank Indonesia Bali itu berharap mampu membangkitkan kembali potensi songket sebagai komoditas unggulan. Namun, sejumlah kendala menghadang, di antaranya mahalnya harga benang emas/perak karena harus impor.

DENPASAR, KOMPAS — Potensi kerajinan songket khas Bali cenderung meredup dibandingkan dengan kerajinan ikat endek di Pulau Bali. Jumlah perajin yang konsisten mencintai dan menenun songket dengan sepenuh hati semakin langka. Sesepuh dan sejumlah kolektor yang memahami perkembangan songket kesulitan melakukan regenerasi. Anak muda cenderung malas menenun karena hal itu dianggap membosankan.

Selain itu, harga bahan baku, terutama benang emas dan perak sebagai benang khas yang membentuk motif Bali, juga mahal dan langka karena harus impor. Perajin kekurangan modal untuk membuat songket berkualitas dengan nilai seni tinggi.

Editor:
Bagikan