Torianus Kalami, Dedikasi bagi Budaya Moi
Torianus Kalami membuka cakrawala berpikir anak-anak muda Moi di Malaumkarta Raya, Sorong, Papua Barat. Egek, kearifan lokal menjaga lingkungan, dilestarikan.
Tak ingin sejarah dan budaya suku Moi hilang ditelan zaman, perlahan demi perlahan, Torianus Kalami (46) membuka cakrawala berpikir anak-anak muda Moi, di Malaumkarta Raya, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Kearifan lokal Moi untuk menjaga lingkungan hidup, yakni egek, berhasil dilestarikan. Lebih dari itu, sebuah festival digelar di bumi Moi untuk menggapai tujuan yang lebih besar. Buah dari mimpi dan ikhtiar panjang selama sekitar dua dekade.
Setelah satu tahun, egek akhirnya dibuka awal Juni lalu. Ditandai larung ke laut sejumlah hasil bumi dari tanah suku Moi disertai doa kepada leluhur Moi, masyarakat Malaumkarta Raya (terdiri dari lima desa: Malaumkarta, Suatolo, Sawatut, Malagufuk, dan Mibi) kembali diperbolehkan untuk berburu lobster, teripang, dan lola atau kerang. Namun, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini tradisi turun-temurun suku Moi tersebut coba diangkat melalui sebuah gelaran festival.