logo Kompas.id
β€Ί
Tokohβ€ΊTony Richard Samosir dan...
Iklan

Tony Richard Samosir dan Petrus Hariyanto, Pejuang Hak Pasien Cuci Darah

Perkenalan itu membawa mereka pada perbincangan hal remeh-temeh hingga kompleks. Topik soal kebijakan pemerintah, akses layanan kesehatan, dan biaya pengobatan dibahas. Perbincangan ini berujung pada pembentukan KPCDI.

Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
Β· 1 menit baca
 Sekretaris Jenderal Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Petrus Hariyanto (kiri) dan Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Tony Richard Samosir (kanan) menjelaskan tentang kiprah KPCDI sejak 2015 sampai sekarang, saat ditemui <i>Kompas</i> di The CEO Building, Jakarta Selatan, Rabu (12/1/2022).
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA

Sekretaris Jenderal Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Petrus Hariyanto (kiri) dan Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Tony Richard Samosir (kanan) menjelaskan tentang kiprah KPCDI sejak 2015 sampai sekarang, saat ditemui Kompas di The CEO Building, Jakarta Selatan, Rabu (12/1/2022).

Bak petir di siang bolong, siapapun pasti tidak siap mendengar vonis gagal ginjal. Tony Richard Samosir (38) dan Petrus Hariyanto (52) berusaha agar tidak berlama-lama terpuruk. Mereka malah membuat komunitas yang menyokong, mengedukasi, dan mengadvokasi pasien cuci darah di Jakarta hingga menyebar ke seluruh Indonesia.

Delapan tahun silam, Tony dan Petrus berkenalan saat menjalani cuci darah di sebuah klinik hemodialisis di Jakarta Selatan. Tony sudah terbiasa dengan rutinitas cuci darah sejak 2009, sedangkan Petrus baru berani mengikuti prosedur ini pada 2013. Keduanya sama-sama menderita gagal ginjal akibat hipertensi.

Editor:
DAHONO FITRIANTO
Bagikan