logo Kompas.id
›
Surat Pembaca›Nahdlatul Ulama
Iklan

Nahdlatul Ulama

Apa yang terpikir oleh NU secara organisasi menjadi terobosan penting di luar hal-hal lain dalam mempersiapkan diri memasuki periode abad keduanya. Kesadaran itu perlu ditindaklanjuti secara serius agar baik generasi

Oleh
Joko Priyono
· 1 menit baca
Wakil Presiden Ma'ruf Amin bersama Rais Aam Syuriyah Pengurus Besar NU Miftahul Akhyar, Ketua Umum Pengurus Besar NU Said Aqil Siroj, Ketua SC Muktamar NU 2020 Yahya Cholil Staquf, Ketua OC Muktamar NU 2020 Robikin Emhas menghadiri Peluncuran Koin Muktamar 2020 di Kantor PBNU Jakarta, Jumat (31/1/2020). Koin Muktamar merupakan iuran sukarela dari warga NU untuk mendanai pelaksanaan Muktamar NU pada Oktober 2020 mendatang.Kompas/Wawan H Prabowo
Kompas/Wawan H Prabowo (WAK)

Wakil Presiden Ma'ruf Amin bersama Rais Aam Syuriyah Pengurus Besar NU Miftahul Akhyar, Ketua Umum Pengurus Besar NU Said Aqil Siroj, Ketua SC Muktamar NU 2020 Yahya Cholil Staquf, Ketua OC Muktamar NU 2020 Robikin Emhas menghadiri Peluncuran Koin Muktamar 2020 di Kantor PBNU Jakarta, Jumat (31/1/2020). Koin Muktamar merupakan iuran sukarela dari warga NU untuk mendanai pelaksanaan Muktamar NU pada Oktober 2020 mendatang.Kompas/Wawan H Prabowo

Beberapa hari lalu, tepatnya 31 Januari 2022, Nahdlatul Ulama genap berusia 96 tahun. Sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, keberadaan NU terus diuji dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama.

Di sisi lain, mau tidak mau, NU harus mengembangkan diri, baik secara jemaah maupun jam’iyyah.

Editor:
AGNES MARIA ARISTIARINI ISWARI
Bagikan