Sosok
I Wayan Pendet, Menanam Padi dalam Diri
“Tiang mau cari sawah lain, selain yang diwarisi oleh leluhur,” kata Pendet. Sejak itu, Pendet setiap hari berjalan kaki menuju rumah Raka Turas.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F04%2F29%2F3fc59eb8-8d28-4740-afac-2bb4b35c76f7_jpeg.jpg)
I Wayan Pendet, pelukis dari Peliatan, Ubud, Bali
Bikin janji dengan penawar I Wayan Pendet (81) sebenarnya tak pernah susah. Sehari-hari ia melukis di bale bengong di dalam kawasan Arma Museum and Resort, Pengosekan, Ubud. Bersama beberapa orang lain, Pendet bisa berjam-jam duduk menghayati setiap goresan. Ia selalu larut dalam tahapan-tahapan melukis tradisi Bali yang panjang dan rumit.
Sepekan sebelum bertemu pada Rabu (20/4/2022), kami pernah membuat janji lewat pemilik Arma Museum and Resort, Anak Agung Gde Rai. Sebelum hari benar-benar sakit, kata Agung Rai, tiba-tiba Pendet menghilang. Ia berjalan kaki menuju rumahnya di kawasan Peliatan, Ubud, Bali. Ketika saya tiba bale bengong, semacam paviliun untuk berbagai aktivitas-hari, Agung Rai minta agar Pendet dijemput.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 16 dengan judul "I Wayan Pendet, Menanam Padi dalam Diri".
Baca Epaper Kompas