logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊGeliat Bank Digital di Tengah ...
Iklan

Geliat Bank Digital di Tengah Ketatnya Industri Perbankan

Bank digital berpeluang tumbuh pesat seiring meningkatnya aktivitas masyarakat di ranah daring.

Oleh
ANTONIUS PURWANTO
Β· 1 menit baca
Warga memanfaatkan anjungan tunai mandiri untuk bertransaksi elektronik dan mengambil uang kartal di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (9/1/2023). Bank Indonesia mencatat nilai transaksi uang elektronik pada November 2022 tumbuh 12,84 persen (<i>year on year</i>/yoy) mencapai Rp 35,3 triliun. Adapun nilai transaksi <i>digital banking </i>meningkat 13,88 persen (yoy) menjadi Rp 4.561,2 triliun. Selain itu, pertumbuhan penggunaan transaksi digital lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan peredaran uang kartal yang diedarkan per November 2022.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Warga memanfaatkan anjungan tunai mandiri untuk bertransaksi elektronik dan mengambil uang kartal di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (9/1/2023). Bank Indonesia mencatat nilai transaksi uang elektronik pada November 2022 tumbuh 12,84 persen (year on year/yoy) mencapai Rp 35,3 triliun. Adapun nilai transaksi digital banking meningkat 13,88 persen (yoy) menjadi Rp 4.561,2 triliun. Selain itu, pertumbuhan penggunaan transaksi digital lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan peredaran uang kartal yang diedarkan per November 2022.

Bank digital berpeluang tumbuh pesat seiring meningkatnya aktivitas masyarakat di ranah daring. Namun, di sisi lain, eksistensi bank digital masih memiliki sejumlah tantangan di tengah ketatnya industri perbankan saat ini.

Kemunculan bank digital atau kerap disebut pula neobank di Tanah Air sejak 2016 memberikan warna baru dalam industri perbankan di Indonesia. Masifnya kebutuhan konsumen yang menginginkan kecepatan dan fleksibilitas dalam layanan perbankan yang dapat diakses kapan pun dan di mana pun mendorong hadirnya neobank itu.

Editor:
BUDIAWAN SIDIK ARIFIANTO
Bagikan