logo Kompas.id
RisetAngan-angan Hidup Layak di...
Iklan

Angan-angan Hidup Layak di Kawasan ”Jakarta Raya”

Kawasan Jabodetabekjur masih belum sepenuhnya terbangun secara layak. Baik dari ketersediaan infrastruktur, pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, maupun aspek lingkungan hidup.

Oleh
Yoesep budianto
· 0 menit baca
Foto udara apartemen dan pusat perbelanjaan di Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (5/5/2023). Kota Bekasi menjadi salah satu dari 10 daerah tujuan utama migrasi 2021 di Indonesia yang belum mampu memberikan lingkungan ideal layak huni. Minimnya kelayakan tersebut terlihat dari indeks layak huni hasil analisis Litbang <i>Kompas</i>. Indeks ini diolah dari data kuantitatif yang menjadi indikator pembangunan daerah layak huni. Fenomena ini menjadi ironi lantaran daerah tujuan migrasi, yang juga sentra perekonomian dengan upah relatif tinggi dan fasilitas pendukung lengkap, belum memberikan kehidupan yang layak bagi warganya. Hampir semua daerah tujuan migrasi di Indonesia belum siap menerima kehadiran pendatang dalam jumlah masif. Pembangunan yang sporadis dan tidak terkontrol bermunculan seiring padatnya wilayah akibat serbuan para pendatang. Alih-alih hidup tenteram dan nyaman, warga setempat, termasuk para perantau, harus hidup berdampingan dengan sejumlah persoalan. Indeks layak huni disusun dari 16 indikator yang dikelompokkan ke dalam empat parameter utama, yakni sosial, ekonomi, lingkungan, dan infrastruktur. <i>Kompas</i> menggunakan data 2021 pada setiap indikator. Parameter ekonomi, misalnya, terdiri dari jumlah pengangguran dan besaran upah minimum. Parameter lingkungan diukur melalui tingkat kepadatan penduduk, kejadian bencana, dan ruang terbuka hijau.
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Foto udara apartemen dan pusat perbelanjaan di Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (5/5/2023). Kota Bekasi menjadi salah satu dari 10 daerah tujuan utama migrasi 2021 di Indonesia yang belum mampu memberikan lingkungan ideal layak huni. Minimnya kelayakan tersebut terlihat dari indeks layak huni hasil analisis Litbang Kompas. Indeks ini diolah dari data kuantitatif yang menjadi indikator pembangunan daerah layak huni. Fenomena ini menjadi ironi lantaran daerah tujuan migrasi, yang juga sentra perekonomian dengan upah relatif tinggi dan fasilitas pendukung lengkap, belum memberikan kehidupan yang layak bagi warganya. Hampir semua daerah tujuan migrasi di Indonesia belum siap menerima kehadiran pendatang dalam jumlah masif. Pembangunan yang sporadis dan tidak terkontrol bermunculan seiring padatnya wilayah akibat serbuan para pendatang. Alih-alih hidup tenteram dan nyaman, warga setempat, termasuk para perantau, harus hidup berdampingan dengan sejumlah persoalan. Indeks layak huni disusun dari 16 indikator yang dikelompokkan ke dalam empat parameter utama, yakni sosial, ekonomi, lingkungan, dan infrastruktur. Kompas menggunakan data 2021 pada setiap indikator. Parameter ekonomi, misalnya, terdiri dari jumlah pengangguran dan besaran upah minimum. Parameter lingkungan diukur melalui tingkat kepadatan penduduk, kejadian bencana, dan ruang terbuka hijau.

Jakarta dan sekitarnya menjadi daerah dengan konsentrasi penduduk sangat tinggi di Indonesia. Tingkat kepadatan ini kian bertambah seiring terus berdatangannya arus migrasi dari berbagai daerah demi meningkatkan taraf kehidupan. Sayangnya, wilayah Jakarta Raya memiliki keterbatasan dalam memberikan tingkat kesejahteraan dan kelayakan hidup bagi segenap penduduk yang bermukim di sana.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur, pemerintah berupaya membangun kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan ekonomi. Kawasan ini terdiri dari daerah perkotaan inti yang merujuk pada Provinsi DKI Jakarta dan kawasan perkotaan di sekitarnya yang terdiri dari wilayah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Bodetabekjur).

Editor:
BUDIAWAN SIDIK ARIFIANTO
Bagikan