Hari Pers Nasional
Survei Kompas: Antara Industri Media dan Kepercayaan Publik
Lembaga pers menghadapi dilema terkait profesialisme dan kepercayaan publik. Satu sisi, tuntutan inovasi dalam pembuatan berita memakan biaya tidak sedikit. Sisi lain, publik mulai berpaling pada berita cepat di medsos.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F07%2Ffb3f2e8a-4710-4b30-a7ea-d56101b72e00_jpg.jpg)
Sejarawan dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari menjelaskan tentang pers pada masa lalu, termasuk di Sumatera Utara, dalam seminar pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Medan, Sumut (7/2/2023).
Sejak satu dekade terakhir, industri pers arus utama menghadapi tantangan yang dipicu oleh hadirnya disrupsi digital. Tantangan ini terutama melanda surat kabar cetak, majalah, dan tabloid yang sebagian lalu beralih ke versi laman daring. Tuntutan untuk terus berinovasi tentu membutuhkan biaya produksi yang tidak sedikit.
Media cetak juga tidak dapat lagi sepenuhnya bergantung pada pemasukan yang didapatkan dari iklan. Dalam laporan UNESCO (2022), distribusi iklan di media cetak secara global turun dari 22,9 persen pada 2010 menjadi 5,7 persen tahun 2021. Berhadapan dengan itu, konten berita versi digital berbayar (paywall) dan berlangganan (subscribe) menjadi strategi bisnis yang ditempuh sejumlah media arus utama.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Survei Kompas: Antara Industri Media dan Kepercayaan Publik".
Baca Epaper Kompas