logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊTak Cukup Sosialisasi dalam...
Iklan

Tak Cukup Sosialisasi dalam Mitigasi Bencana

Sosialisasi memegang peran penting dalam fase introduksi kebencanaan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah harus melanjutkan siklus manajemen ke tahap pemenuhan fasilitas untuk menghadapi bencana.

Oleh
Yoesep budianto
Β· 0 menit baca
Warga menggunakan ban yang difungsikan sebagai perahu untuk mobilisasi mereka selama banjir merendam permukiman di Tanggulangin, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (4/1/2023). Banjir menggenangi beberapa wilayah, antara lain Kecamatan Mejobo, Jati, Undaan, Kaliwungu, dan Jekulo. Banjir menyebabkan 8.761 warga mengungsi, lahan sawah tergenang, dan sebagian aktivitas perekonomian terganggu.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Warga menggunakan ban yang difungsikan sebagai perahu untuk mobilisasi mereka selama banjir merendam permukiman di Tanggulangin, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (4/1/2023). Banjir menggenangi beberapa wilayah, antara lain Kecamatan Mejobo, Jati, Undaan, Kaliwungu, dan Jekulo. Banjir menyebabkan 8.761 warga mengungsi, lahan sawah tergenang, dan sebagian aktivitas perekonomian terganggu.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Hal itu menuntut kesiapan pencegahan dan penanganan yang lebih baik. Upaya mitigasi yang masih didominasi program sosialisasi tidaklah cukup tanpa diimbangi dengan kelengkapan fasilitas kedaruratan.

Sepanjang tahun 2022, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat 3.531 kejadian bencana di seluruh wilayah Indonesia, yang didominasi bencana cuaca ekstrem, banjir, dan tanah longsor. Akibat kejadian itu, 851 orang meninggal, 46 orang hilang, 8.726 orang luka-luka, dan 5,49 juta orang mengungsi. Tidak mengherankan Indonesia masuk kategori sebagai negara paling berisiko secara global.

Editor:
MB DEWI PANCAWATI
Bagikan