logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊMengembalikan Pengasuhan Anak ...
Iklan

Mengembalikan Pengasuhan Anak ke Tangan Keluarga

Keluarga seyogianya menjadi pengasuh ketika seorang anak tidak memungkinkan berada dalam asuhan orangtua kandung. Pengasuhan di panti menjadi opsi paling akhir dan hanya bersifat sementara, bukan permanen.

Oleh
Agustina Purwanti
Β· 1 menit baca
Anak-anak Panti Asuhan Rumah Kasih, Lembang, Jawa Barat, foto bersama di depan panti asuhan, Sabtu (29/10/2022). Mereka berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang keluarga berbeda. Kesamaan mereka adalah mayoritas dari mereka dari keluarga miskin.
SONYA HELLEN SINOMBOR

Anak-anak Panti Asuhan Rumah Kasih, Lembang, Jawa Barat, foto bersama di depan panti asuhan, Sabtu (29/10/2022). Mereka berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang keluarga berbeda. Kesamaan mereka adalah mayoritas dari mereka dari keluarga miskin.

Situasi yang mendesak membuat ribuan anak harus menghabiskan masa kecil di panti asuhan. Alih-alih mendapatkan pengasuhan yang layak, sebagian di antara mereka justru kerap kali menjadi korban kekerasan hingga pelecehan seksual. Mengembalikan pengasuhan anak ke tangan keluarga pun kini santer disuarakan demi menyelamatkan masa depan anak.

Orangtua atau keluarga sejatinya menjadi tempat paling ideal untuk tumbuh kembang anak. Namun, fakta menunjukkan tidak semua anak berada dalam pengasuhan keluarga kandungnya. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) tahun 2019 yang dihimpun oleh Kementerian Sosial menunjukkan, sebanyak 106.406 anak tinggal di lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA) atau panti asuhan. Mereka terbagi ke dalam 4.864 panti asuhan yang ada di Indonesia.

Editor:
BUDIAWAN SIDIK ARIFIANTO
Bagikan