logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊNU, Politik, dan Gus Yahya
Iklan

NU, Politik, dan Gus Yahya

Hasil Muktamar Nahdlatul Ulama Ke-34 membuktikan keadaban politik tetap melekat dalam diri organisasi keagamaan ini. Kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf dalam menjaga NU akan diuji oleh perhelatan politik di Pemilu 2024.

Oleh
Yohan Wahyu
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/2jtFpqy9fy1Xco3MAaAzGGXtCo4=/1024x703/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F20100317RIZ3_1640120816.jpg
KOMPAS/ASWIN RIZAL HARAHAP

Bendera Nahdlatul Ulama (NU).

Terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Tanfidziyah (Ketua Umum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026 dalam Muktamar Ke-34 NU di Universitas Lampung, Bandar Lampung, Lampung, menegaskan, organisasi Islam terbesar ini menekankan pentingnya regenerasi tanpa menanggalkan keadaban dari NU sebagai organisasi keagamaan itu sendiri.

Dalam voting pemilihan ketua umum, Gus Yahya, panggilan akrab KH Yahya Cholil Staquf, berhasil mengalahkan KH Said Agil Siroj yang sudah memimpin PBNU selama dua periode terakhir. Namun, hasil pemilihan ini bukanlah soal kemenangan dan kekalahan.

Editor:
Toto Suryaningtyas
Bagikan