logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊDua Milenium Mengawal...
Iklan

Dua Milenium Mengawal Sportivitas Olimpiade dari Kecurangan dan Doping

Sejak zaman Olimpiade Kuno, perilaku kecurangan manusia dalam berkompetisi selalu berupaya lebih cerdik dan lebih lihai. Namun, nilai kejujuran tetap harus diperjuangkan untuk menjaga marwah sportivitas olimpiade.

Oleh
Yohanes Advent Krisdamarjati
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Mw7A2hT-kxV0qRRvMttW78wYVPw=/1024x720/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2FPierre-de-Coubertin30_1627655017.jpg
OLYMPICS.COM

Dokumen Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang memperlihatkan jajaran pengurus IOC pertama 1894. Dari kiri ke kanan Gebhardt (Jerman), Guth-Jarkovsky (Bohemia/Ceko), Kemeny (Hungaria), Balck (Swedia); duduk: Coubertin (Perancis), Vikelas (Yunani dan ketua), Butovsky (Rusia).

Perhelatan Olimpiade merupakan panggung tertinggi olahraga dunia. Keberhasilan atlet meraih medali Olimpiade menjadi pertaruhan pamor sebuah bangsa. Namun, tidak jarang jalan pintas dan kecurangan dilakukan. Penanganan problem sportifitas dan fair play terus dilakukan sejak Olimpiade Kuno hingga era Olimpiade Modern saat ini.

Mewujudkan sportivitas merupakan tantangan dalam ajang olahraga dunia. Sportivitas dapat terwujud jika setiap peserta berjiwa ksatria, mau mengakui keunggulan atlet lain yang meraih kemenangan. Selain itu, dalam olahraga juga menuntut kejujuran dari pihak-pihak yang terlibat baik itu pemain, penyelenggara, pelatih, tim official, serta negara peserta.

Editor:
yogaprasetyo
Bagikan