logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊIroni di Tengah Pembatasan...
Iklan

Ironi di Tengah Pembatasan Mobilitas

Kasus suap agar lolos dari kewajiban karantina dan temuan penggunaan alat tes cepat antigen bekas kembali menguak lemahnya pengawasan dan keseriusan dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19.

Oleh
Eren Marsyukrilla
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/jyi_bWPp92gxxtFp_kl2akgbzkI=/1024x610/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F4ae8c4d9-578c-40d8-a474-98c1e858d9d9_jpg.jpg
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Para penumpang memadati lokasi pembelian tiket di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (2/5/2021). Mereka memilih mudik lebih awal sebelum pelarangan penggunaan atau pengoperasian sarana transportasi untuk keperluan mudik pada 6-17 Mei 2021.

Praktik suap agar lolos dari kewajiban karantina dan temuan penggunaan alat tes cepat antigen bekas kembali menguak lemahnya pengawasan dan keseriusan dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19. Lebih mengkhawatirkan lagi, dua kasus tersebut justru terungkap saat pemerintah tengah gencar menegakkan aturan pengetatan mobilitas jelang masa mudik Lebaran.

Tak lama setelah memberlakukan perluasan kebijakan terhadap pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN), pemerintah dihadapkan dengan sejumlah persoalan yang mencoreng komitmen untuk tegas dalam penegakan aturan pembatasan mobilitas. Hal itu menjadi tantangan berat untuk membangun kesadaran publik untuk turut andil dalam menekan angka penularan Covid-19.

Editor:
yohanwahyu
Bagikan