logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊBuruh, Katalisator atau...
Iklan

Buruh, Katalisator atau Komoditas Politik? (Bagian Kedua)

Ketidakstabilan ekonomi hingga transisi kuasa berdampak pada eksistensi dan pengekangan gerakan buruh. Dengan jejak sejarah yang panjang, sulit melepaskan posisi buruh dalam kancah politik nasional.

Oleh
Dedy Afrianto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/WTP1BX-WGQM9DNsGhHjNnmn5jy0=/1024x671/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F20210501WEN3_1619838360.jpg
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Sebuah mikrofon disiapkan agar perwakilan buruh dapat menyampaikan pendapatnya saat beraudiensi dengan perwakilan pemerintah di halaman Kantor Wali Kota Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (1/5/2021).

Kesulitan ekonomi hingga konflik politik berdampak pada posisi dan eksistensi buruh. Secara perlahan, buruh diposisikan sebagai subyek pasif dalam dialektika politik Orde Baru sebelum akhirnya mencoba memainkan peran sebagai katalisator politik pada era Reformasi.

Sejak dekade 1960-an, posisi buruh perlahan mulai termarjinalkan di tengah kemelut politik yang terjadi. Ketidakstabilan ekonomi hingga transisi kuasa berdampak pada eksistensi dan pengekangan gerakan buruh.

Editor:
yohanwahyu
Bagikan