logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊBertahan Hidup dari Bencana...
Iklan

Bertahan Hidup dari Bencana dengan Siskamling dan Kentongan

Adaptasi komunal dan kearifan lokal perlu terus dilestarikan untuk menekan dampak bencana alam di Indonesia.

Oleh
Yoesep Budianto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/azqDPx1vwn4SKuafEclb1HhF_uQ=/1024x577/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F4bd5e2cd-0712-4e81-9116-0933c4cc5fa2_jpg.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Satu dusun di Desa Tunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, hilang terbawa banjir dan longsor saat badai Seroja melanda daerah itu, Senin (5/4/2021) dini hari. Tidak ada korban jiwa, tetapi kehidupan 389 warga Desa Tunbaun ke depan cukup memprihatinkan. Dokumen Jemris Fointuna.

Bagi masyarakat yang hidup di wilayah rawan bencana, adaptasi mitigasi bencana dibutuhkan untuk menghadapi situasi darurat dan menekan jumlah korban jiwa. Implementasi kearifan lokal berbasis mitigasi bencana, seperti siskamling dan kentongan, membawa banyak kisah sukses di Indonesia.

Sebuah kisah sukses penyelamatan puluhan nyawa di tengah gempa bumi terjadi di Kabupaten Lebak, Banten, pada Januari 2018 lalu. Saat itu, seorang warga Desa Cireundeu bernama Supardi menyadari bencana gempa saat sepeda motor miliknya tiba-tiba jatuh. Secara spontan, ia kemudian memukul kentongan untuk memperingatkan warga.

Editor:
yogaprasetyo
Bagikan