logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊJejak Dualisme Partai Politik:...
Iklan

Jejak Dualisme Partai Politik: Bergelut di Tengah Kemelut (Bagian Keenam)

Konflik partai menjadi pemicu dualisme kepengurusan. Kondisi ini juga melanda Partai Hanura yang pada akhirnya harus mambuat partai ini terseok dan keluar dari gelanggang politik nasional di Pemilu 2019.

Oleh
Dedy Afrianto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/rtQp-CrdoAvNcXZzlPZ-ZBqpGeI=/1024x648/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F05%2F20180115_143044.jpg
Aris Setiawan Yodi untuk Kompas

Sekjen Partai Hanura Heri L Siregar (berdiri) yang ditunjuk menggantikan Sarifuddin Suding sejak kemarin. Heri mendampingi Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang memimpin rapat harian Partai Hanura di Hotel Manhattan, Jakarta, Senin (15/1/2018). Keputusan ini bermuara pada konflik dualisme kepengurusan dalam internal Hanura.

Setelah lebih dari satu dekade berada dalam percaturan politik di Tanah Air, Partai Hanura akhirnya mengikuti jejak partai pendahulu lainnya yang bergelut dalam dualisme kepemimpinan partai. Kondisi ini harus dihadapi oleh Hanura di tengah kemelut persiapan Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.

Keputusan Wiranto keluar dari Golkar dan membentuk Partai Hati Nurani Rakyat atau Hanura pada 2006 cukup menjadi sorotan publik jelang penyelenggaraan Pemilu 2009. Saat itu, Hanura secara perlahan mencoba merebut ceruk suara di tengah euforia reformasi yang masih cukup kental dirasakan, terutama dalam jagat politik di Tanah Air.

Editor:
yohanwahyu
Bagikan