logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊVaksin, Mantri, dan Kisah Si...
Iklan

Vaksin, Mantri, dan Kisah Si Unyil

Sejarah merekam penolakan publik pada vaksinasi bukan hal baru. Strategi unik dan menarik menjadi solusi untuk mengedukasi dan meyakinkan publik akan pentingnya berpartisipasi dalam program vaksinasi.

Oleh
Dedy Afrianto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/cQ6wO5-w4KQxs_Wq1IuTQSBWXwU=/1024x639/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F4b9f8cf8-6f6d-4c39-bdc6-f83e413856d6_jpg.jpg
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Beberapa karakter dalam boneka Si Unyil turut dipamerkan dalam pekan peringatan Hari Museum 2019 di Taman Fatahilah, Jakarta, Selasa (8/10/2019).

Kehadiran vaksin pernah dianggap sebagai jalan menolak takdir hingga menimbulkan kekhawatiran saat masyarakat Indonesia masih belum terbiasa dengan pengobatan modern. Namun, sebagian di antaranya berhasil diterima di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai pendekatan sosial dan budaya yang dilakukan oleh pemangku kebijakan. Mantri hingga karakter Si Unyil pernah memegang peranan penting dalam proses vaksinasi di Indonesia.

Posisi Indonesia yang terletak di jalur perdagangan internasional memang cukup rentan dalam penyebaran penyakit sejak beberapa abad silam. Hadirnya kota-kota pelabuhan yang menjadi titik temu antara pedagang dari Eropa dan Asia dengan pedagang lokal pada era kolonial turut berperan dalam sejumlah penyebaran penyakit.

Editor:
yohanwahyu
Bagikan