logo Kompas.id
โ€บ
Risetโ€บParadoks Tabungan dan...
Iklan

Paradoks Tabungan dan Ketimpangan

Mengurangi konsumsi dan menimbun tabungan menghambat permintaan akan barang serta jasa. Total produksi barang dan jasa akan menyusut, pendapatan perusahaan serta masyarakat ikut menurun.

Oleh
Bima Baskara
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/oLmWNN9LDrtj76qFpMNnfHwOoO4=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F77f26583-1e64-461d-bc48-ed23fefc18d7_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Nasabah antre untuk mendapat pelayanan di Bank Mandiri Cabang Supomo, Tebet, Jakarta, akhir Oktober 2020. Simpanan individu di perbankan meningkat selama pandemi Covid-19.

โ€Menabung adalah sebuah paradoks karena sejak taman kanak-kanak kita semua diajari bahwa penghematan selalu menjadi hal baik.โ€ โ€” Paul A Samuelson

Sejak pandemi Covid-19, resesi ekonomi semakin mengkhawatirkan karena perlambatan konsumsi diikuti tabungan yang menumpuk. Kondisi demikian bisa memperparah ketimpangan dan memperlambat pemulihan ekonomi.

Editor:
A Tomy Trinugroho
Bagikan