logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊAnomali Kanker di Yogyakarta
Iklan

Anomali Kanker di Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi wilayah dengan prevalensi penderita kanker tertinggi di Indonesia. Pola hidup sehat menjadi problem tersendiri yang turut memicu risiko kanker.

Oleh
Dedy Afrianto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/akAE1lej7fUn1tbhnPAjmKvNBTw=/1024x701/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F01%2Fkompas_tark_13962947_50_0.jpeg
KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Kader Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Dusun Kasuran, Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengukur tekanan darah seorang warga, Sabtu (16/5/2015). Posbindu PTM merupakan program yang digagas Kementerian Kesehatan untuk mengendalikan dan mendeteksi dini sejumlah penyakit tidak menular, misalnya penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis.

Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi wilayah dengan prevalensi penderita kanker tertinggi di Indonesia. Kondisi ini menjadi anomali mengingat DIY adalah salah satu provinsi dengan indeks pembangunan kesehatan masyarakat terbaik dibandingkan daerah lainnya pada 2018.

Dalam kurun waktu lima tahun, prevalensi penderita kanker di Indonesia mengalami kenaikan. Jika pada 2013 jumlah penderita kanker mencapai 1,4 per 1.000 penduduk,  pada  2018 meningkat menjadi 1,79. Artinya, sekitar dua dari 1.000 penduduk di Indonesia menderita kanker.

Editor:
yohanwahyu
Bagikan